Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Sabtu, 03 Januari 2015
PENDUDUK
DAN MASYARAKAT KEBUDAYAAN
1. Kematian (
Mortalitas )
– Tingkat Kematian Kasar ( Crude Death Rate ) adalah banyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun per jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut.
– Tingkat Kematian Khusus ( Age Spesific Death Rate ) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan.
– Tingkat Kematian Kasar ( Crude Death Rate ) adalah banyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun per jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut.
– Tingkat Kematian Khusus ( Age Spesific Death Rate ) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan.
2. Kelahiran (
Fertilitas )
– Tingkat Kelahiran Kasar ( Crude Birth Rate ) adalah jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun tersebut.
– Tingkat Kelahiran Khusus ( Age Spesific Fertility Rate ) menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur wanita yang berada dalam kelompok umur 15 – 49 tahun.
– Tingkat Kelahiran Kasar ( Crude Birth Rate ) adalah jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun tersebut.
– Tingkat Kelahiran Khusus ( Age Spesific Fertility Rate ) menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur wanita yang berada dalam kelompok umur 15 – 49 tahun.
3. Migrasi
Aspek dinamis kehidupan kelompok dalam ruang ialah gerakan penduduk yang dinamai migrasi. Selain migrasi ada istilah lain tentang dinamika penduduk yaitu mobilitas. Pengertian mobilitas lebih luas daripada migrasi, sebab mobilitas mencakup perpindahan teritorial secara permanen dan sementara. Sedangkan migrasi bila dikaitkan dengan unsur waktu di tempat yang baru misalnya minimal 6 bulan atau satu tahun. Sedangkan bagi mereka yang pernah pindah tempat tinggal kurang dari batas waktu tersebut disebut melakukan mobilitas sirkuler.
Aspek dinamis kehidupan kelompok dalam ruang ialah gerakan penduduk yang dinamai migrasi. Selain migrasi ada istilah lain tentang dinamika penduduk yaitu mobilitas. Pengertian mobilitas lebih luas daripada migrasi, sebab mobilitas mencakup perpindahan teritorial secara permanen dan sementara. Sedangkan migrasi bila dikaitkan dengan unsur waktu di tempat yang baru misalnya minimal 6 bulan atau satu tahun. Sedangkan bagi mereka yang pernah pindah tempat tinggal kurang dari batas waktu tersebut disebut melakukan mobilitas sirkuler.
Langkah – langkah seseorang migran dalam menentukan
keputusannya untuk pindah ke daerah lain atau kawasan ( areal ) lain terlebih
dahulu ingin mengetahui lebih dahulu faktor – faktor sebagai berikut :
– persediaan sumber alam
– lingkungan sosial budaya
– potensi ekonomi
– alat masa depan
– persediaan sumber alam
– lingkungan sosial budaya
– potensi ekonomi
– alat masa depan
– Akibat
Migrasi
a.
Urbanisasi ( migrasi dari desa ke
kota ) walaupun urutannya sangat kecil, namun dapat mempengaruhi pola
distribusi penduduk penduduk secara keseluruhan.
b.
Migrasi interegional di Indonesia
kebanyakan dilaksanakan oleh mereka yang berumur produktif dan berkreasi
tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka pertumbuhan penduduk serta
tingkat laju pembangunan di luar jawa.
c. Migrasi
antar negara di Indonesia adalah sangat kecil dari hasil sensus penduduk pada
tahun 1971 sampai dengan 1980 migrasi masuk ( immigrasi ) hanya ada 0,16 % dan
migrasi ke luar ( emigrasi ) hanya sebesar 0,57 % per tahun. Sehingga akibatnya
kurang nyata terhadap distribusi penduduk Indonesia.
Komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai peranan yang sangat penting
hanya dapat untuk mengetahui :
– Pertumbuhan penduduk di suatu daerah termasuk cepat atau lambat.
– Rasio ketergantungan.
– Jumlah wanita dalam usia subur.
– Jumlah tenaga kerja yang tersedia.
– Berdasarkan tempat tinggal.
– Bentuk piramida.
– Pertumbuhan penduduk di suatu daerah termasuk cepat atau lambat.
– Rasio ketergantungan.
– Jumlah wanita dalam usia subur.
– Jumlah tenaga kerja yang tersedia.
– Berdasarkan tempat tinggal.
– Bentuk piramida.
Untuk
mengetahui pertumbuhan suatu daerah cepat atau lambat dapat juga dilihat dari
bentuk piramida penduduk. Karena dengan melihat bentuk piramida penduduk akan
diketahui mengenai perbandingan jumlah penduduk anak – anak, dewasa, dan orang
tua pada wilayah yang bersangkutan.
Keadaan struktur atau komposisi penduduk yang berbeda – beda akan menunjukan bentuk piramida yang berbeda – beda pula.
Keadaan struktur atau komposisi penduduk yang berbeda – beda akan menunjukan bentuk piramida yang berbeda – beda pula.
Ada tiga Jenis
struktur penduduk :
1.
Piramida penduduk muda, ini
menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang.
Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian.
2.
Piramida Stationer, ini
menggambarkan keadaan penduduk yang tetap ( statis ) sebab
tingkat
kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi.
3. Piramida
penduduk tua, ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang sangat
pesat dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis kelamin
pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan penduduk.
Rasio
Ketergantungan ( Dependency of ratio ) ialah angka yang menunjukkan
perbandingan jumlah penduduk golongan umur yang belum produktif dan sudah tidak
produktif kerja lagi dengan jumlah penduduk golongan umur produktif kerja.
Biasanya dinyatakan dalam persen ( % ).
Kebudayaan
dan Kepribadian
Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia.
Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia.
- Zaman Batu
sampai Zaman Logam
Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesi, mulai dari zaman batu sampai logam, sungguh akan berliku – liku, memerlukan waktu pembahasan yang panjang. Berdasarkan pendapat – pendapat para ahli prehistoris, ternyata bahwa zaman batu itupun terbagi dalam : Zaman Batu Tua ( Palaeolithikum ) dan Zaman Batu Muda ( Neolithikum ).
Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesi, mulai dari zaman batu sampai logam, sungguh akan berliku – liku, memerlukan waktu pembahasan yang panjang. Berdasarkan pendapat – pendapat para ahli prehistoris, ternyata bahwa zaman batu itupun terbagi dalam : Zaman Batu Tua ( Palaeolithikum ) dan Zaman Batu Muda ( Neolithikum ).
Alat – alat
batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar –
kasar, misalnya kapak genggam.
Bersamaan
dengan persebaran budaya kapak – kapak batu itu, tersebar pula bahasa Proto
Austronesia sebagai induk atau cikal bakal bahasa dari bahasa – bahasa yang
mendiami pulau – pulau diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik. Dengan
begitu bahasa Proto Autronesia sebagai induk bahasa – bahasa d wilayah negara –
negara anggota Asean, khususnya Republik Indonesia, dikemudian hari muncul
sebagai bahasa Melayu.
Zaman batu
muda ( Neolithikum ) benar – benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia.
Pada zaman ini, mereka mulai hidup menetap, membuat rumah, membuat kelompok
masyarakat desa, bertani dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejalan
dengan itu revolusi alat – alat keperluan penunjang kehidupan pun terjadi.
Suatu hal yang
patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini, ialah kenyataan yang jelas
bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tinggi
derajatnya, dan zaman tersebut pada dasarnya penting sekali untuk perkembangan
sejarah Indonesia selanjutnya.
Kebudayaan
Hindu, Budha dan Islam
1. Kebudayaan
Hindu dan Budha.
Pada abad ke-3
dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Perpaduan
atau akulturasi anatara kebudayaan setempat dengan kebudayaan.
Hindu yang berasal dari India itu berlangsung luwes dan mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama / ajaran Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju daripada Hinduisme, sebab Budhisme tidak menghendaki adanya kasta – kasta dala masyarakat.
Hindu yang berasal dari India itu berlangsung luwes dan mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama / ajaran Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju daripada Hinduisme, sebab Budhisme tidak menghendaki adanya kasta – kasta dala masyarakat.
2. Kebudayaan
Islam.
Pada abad
ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkan di Indonesia. Oleh para pemuka –
pemuka Islam yang disebut Wali Sanga. Titil sentral penyebaran agama islan pada
abad itu berada di Pulau Jawa. Sebenarnya agama Islam masuk ke Indonesia,
khususnya ke Pulau Jawa sebelum abad ke-11 sudah ada wanita islam yang
meninggal dan dimakamkan di kota Gresik. Masuknya agama islam ke Indonesia
teristimewa ke Pulau Jawa berlangsung dalam seasana damai. Hal ini disebabkan
karena agama islam dimasukkan ke Indonesia tidaj dengan secara paksa, melainkan
dengan cara baik – baik. Disamping itu disebabkan siap toleransi yang dimiliki
bangsa kita.
Di daerah –
daerah yang belum amat terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama islam mempunyai
pengaruh yang mendalam dalam ehidupan penduduk di daerah yang bersangkutan.
Agama islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa kebudayaan islam memberi saham terbesar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.
Agama islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa kebudayaan islam memberi saham terbesar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.
3. Kebudayaan
Barat
Unsur
kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan
kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan barat. Awalnya kebudayaan barat masuk
ke negara Republik Indonesia ketika kaum kolonialis / penjajah masuk ke
Indonesia, terutama bangsa Belanda. Mulai dari penguasaan dan kekuasaan
perusahaan dagang Belanda ( VOC ) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis
Belanda, di kota – kota propinsi, kabupaten muncul bangunan – bangunan dengan
gaya arsitektur Barat. Dalam kurun waktu itu juga, di kota – kota pusat
pemerintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku berkembang dua
lapisan sosial antara lain :
1. Lapisan
sosial yang terdiri dari kaum buruh.
2. Lapisan sosial kaum pegawai.
2. Lapisan sosial kaum pegawai.
Dalam lapisan
sosial kedua inilah pendidikan Barat di sekolah – sekolah dan kemampuan /
kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas
sosial.
Akhirnya masih harus disebut sebagai pengaruh kebudayaan Eropa yang masuk juga ke dalam kebudayaan Indonesi, ialah agama Katolik dan Agama Kristen Protestan. Agama – agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasi – organisasi penyiaran agama ( missie untuk agama Katolik dan zending untuk agama Kristen ) yang semuanya bersifat swasta. Penyiaran dilakukan terutama didaerah – daerah dengan penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha, atau Islam.
Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, serta masyarakat Jawa khususnya, bahwa dalam menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar, kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan. Tetapi disesuaikan kebudayaan yang baru itu dengan kebudayaan lama.
Akhirnya masih harus disebut sebagai pengaruh kebudayaan Eropa yang masuk juga ke dalam kebudayaan Indonesi, ialah agama Katolik dan Agama Kristen Protestan. Agama – agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasi – organisasi penyiaran agama ( missie untuk agama Katolik dan zending untuk agama Kristen ) yang semuanya bersifat swasta. Penyiaran dilakukan terutama didaerah – daerah dengan penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha, atau Islam.
Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, serta masyarakat Jawa khususnya, bahwa dalam menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar, kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan. Tetapi disesuaikan kebudayaan yang baru itu dengan kebudayaan lama.